Sunday 20 July 2014

Fanfiction : All Need Money


WARNING!!
 Yang masih dibawah umur mending gak usah baca, buruan pencet tombol back! Ff ini ada adegan dewasanya.
.
.
Tetep nekat baca? Ya udah silakan khekhe



Tokoh-tokoh :


# Alex Marquez
# Alex Rins
# Romano Fenati
# Gisella Rostein
# Gresey  Ashlynn
# dll


***

Dicari pria dan wanita untuk film "XXX", persyaratan :

#Pria
1. Usia 17-25 tahun
2. Penampilan menarik
3. Tidak memiliki kelainan seksual
4. Ukuran p*n*s min 18 cm

#wanita
1. Usia 17-25 tahun
2. Penampilan menarik
3. Desahan memikat
4. P*y*d*r* padat berisi

***

Alex terbaring lemas di kamar kostnya. Pikirannya pusing akibat orang tuanya belum juga mengiriminya uang. Biaya kuliah semester ini harus segera dibayar, mana lagi ibu kost udah nagih-nagih biaya kamar yang udah nunggak 3 bulan, juga pasokan mie istan yang sudah habis! Mau makan apa dia. Peniiiing rasanya...!!

"Kenapa lu gelisah amat?" tanya Rins teman satu kamar kosan Alex.

"Ortu gua belum ngirim duit juga sampai sekarang. Uang semester harus segera di bayar, tambah lagi ibu kost nagih-nagih biaya sewa. Duit gua udah ludes gara-gara kalah taruhan bola! Mau makan apa coba?!" curhat Alex.

"Oh," sahut Rins pendek, doi lagi asyik bbm'an sama gebetannya.

"Oh doang?! Lu simpati dikit kek!! Cariin gua solusi dong!!"

"Hah apa? Polusi?" terlalu fokus bbm'an ternyata dapat membuat pendengaran terganggu.

Alex melempar bantal ke wajah Rins.

 "Solusi dodol!! Solusi!!" teriak Alex di kuping Rins.

"Nyante dong! Gak perlu emosi gitu juga kali Lex. Tuhan akan menunjukan jalan kepada hambanya yang sabar!" katanya Rins.

"Gak usah ceramahin gue. Gua udah dipenghujung sabar nih! Cariin gua solusi biar dapat duit cepet!"

Ckleekk.

Pintu kamar terbuka. "Eh lu bedua gua cariin, kirain kemana ternyata ngumpet di kamar!" ternyata Fenati yang nongol.

"Siapa juga yang ngumpet," sahut Rins masih sambil bbm'an.

"Gue bawa berita gembira nih buat yang mau duit secara instan!" kata Fenati.

Berita gembira? Duit instan? Ucapan Fennati tadi benar-benar seperti nyanyian dari surga di telinga Alex. Fenati datang tepat di saat Alex membutuhkannya.

Alex yang tadi suram langsung antusias, "Serius lo? Gimana caranya?"

"Nih baca," Fenati menyodorkan sebuah kertas brosur kepada Alex. Alex kegirangan menerima kertas itu, Rins juga ikutan membaca.

Beberapa saat kemudian.

"Astagfirullah," komentar Rins setelah selesai membaca selebaran tersebut.

Reaksi Alex yang tadi antusias sekarang membatu ditempat. Emangnya brosur apaan sih yang dikasih Fenati?

"Gimana? Lu berdua ada yang berminat?" tanya Fenati.

"Eh lu gila ya?! Berita bagus apaan?! Itu tuh iklan buat nyari bintang film porno!! Lu pikir gua mau menjual keperjakaan gua hah?!" omel Alex berapi-api.

"Alah! Alim banget sih lo! Itu berita bagus tau. Sekali main aja dapet 10 juta. Coba main sama PSK, bayar bro! Ini lu yang dibayar!! Kurang bagus apa lagi beritanya?!" kata Fenati membela diri.

Alex terlihat memikir-mikir. Benar juga kata Fenati. Main sama PSK aja bayar. Hmm... Tapi Alex anak baik-baik, dirinya juga masih perjaka. Dilema berat pun terjadi pada Alex.

"Lo lagi perlu duit kan? Bayarannya gede tuh," Fenati mulai menghasut.

"Tapi dapat duitnya gak pake cara itu juga kali.  Asal lo tau aja gue masih perjaka Fen," kata Alex.

"Baguskan? Ini kesempatan buat nyari pengalaman! Kalo gue sih udah pernah, ugh, nikmat banget!" kata Fenati sambil menjilat bibirnya sok erotis. Iyuh ternyata Fenati udah gak perjaka lagi.

"Jangan terhasut Lex! Keperjakaan lo lebih berharga dari 10jt! Ditambah lagi dosanya," Rins sang anak alim memperingatkan Alex.

"Rin-rin... Pikiran lo kuno banget sih!" ucap Fenati. "Nah Lex, sekarang terserah lo sih. Kalo lo mau terus hidup dalam kemelaratan ya terserah."

Di telinga kiri dan kanan Alex udah ada iblis dan malaikat yang saling bersahutan membisikan kata-kata penghasut.

Kata iblis berwujud Alex berwarna merah dan bertanduk : "Ayo terima aja!! Bayarannya gede!! Hidup lo gak bakal melarat lagi!!"

Kata malaikat berwujud Alex berwarna putih dan bersayap bulu-bulu : "Jangan mau!! Ingat dosa!! Lo mau masuk neraka?!"

"Eh emmm..." Alex menimang-nimang.

"...eemmmm..." lama banget nunggu Alex bilang ya atau tidak udah kayak nungguin pengumuman siapa pemenang Indonesian Idol.

"Emmm... Gimana ya..."

".... Emmmm..."

Jeng jeng jeng...

"Ya deh gue mau." akhirnya Alex memutuskan memilih bisikan iblis.

"Dasar!" Rins geleng-geleng kepala.

Yes iblis menang, malaikat kalah! Fenati meletin Rins. Bweee...

.

Giselle menatap dirinya di cermin. Rambut sudah tersisir rapi, bedak sudah OK, tinggal memoleskan lipgloss ke bibirnya. Dan selesai, dirinya siap berangkat ke sekolah. Setelah memastikan seragamnya sudah rapi, dia keluar dari kamar. Saat hendak menuruni tangga, terdengar suara dari bawah. Mama dan papanya seperti sedang mendebatkan sesuatu.

"Papa ini bilangnya perusahaan baik-baik saja!! Nyatanya sekarang kita bangkut!!" terdengar suara mama.

"Memangnya kita bangkut gara-gara siapa? Ini gara-gara kebiasaan mama yang suka belanja seenaknya!!" sekarang suara papa.

"Hanya belanja untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak akan membuat perusahaan bangkrut!!! Kenapa kau menyalahkan ku?! Kau pikir aku tidak tau kau sering main kan ke club malam?!"

"Jangan sembarang menuduh!! Aku pergi hanya untuk urusan bisnis!!"

"Sedikit-sedikit alasannya bisnis!! Tapi nyatanya jadi bangkrut begini!!"

Dan seterusnya bla bla bla bla bla....

Dari pertengkaran orangtuanya satu hal yang disimpulkan Giselle adalah perusahaan papanya sekarang bangkrut. Astaga, buruk kah ini?

Ragu-ragu Giselle menuruni tangga. Setelah sadar kehadiran putrinya, orangtua Giselle langsung diam seolah tidak terjadi apa-apa.

"Pagi sayang," sapa mama.

Sedangkan papa pura-pura sibuk baca koran.

"Aku langsung berangkat ma, pa," pamit Giselle.

"Eh sarapan dulu," sergah mama.

"Nggak ah, takut telat," sebelum pergi diciumnya pipi mamanya, kemudian papa. "Dah~"

At sekolah. Hari ini Giselle tidak bersemangat. Sedikit kepikiran soal pertengkaran ortunya tadi pagi.

"Kenapa sih Sel? Lemes aja dari tadi?" tanya Gresey sobatnya Giselle.

"Gue banyak pikiran!"

"Cerita dong~!" kata Gresey lalu menarik kursi untuk duduk di sebelah Giselle.

"Tadi pagi ortu gue berantem," terang Giselle.

"Soal apa?"

"Kayaknya ngeributin soal perusahaan. Katanya perusahaan papa gue bangkut."

"Oemji!!" reaksi Gresey sok kaget. "Mungkin perusahaannya lagi masa krisis aja, gak sampai bikin keluarga lo jatuh miskin," sambungnya memberi tanggapan.

"Semoga aja," tapi dalam hati Giselle punya firasat kalo keluarganya emang bakal jatuh miskin.

"Nah terus apa lagi yang lo pikirin? Katanya tadi banyak pikiran, tuh baru satu."

"Sebenarnya cuma itu sih masalahnya."

"Halah... Cuma masalah satu aja lo besar-besarin. Udah ah jangan dipikirin lagi. Ngantin yuk," ajak Gresey dan langsung menarik tangannya Giselle.

Pas banget tadi pagi kan Giselle gak sempat sarapan karna buru-buru. Eh tunggu dulu, gara-gara buru-buru dia lupa minta uang saku ke mama!

"Eitss, Grey!! Gue lupa bawa duit," Giselle langsung menyetop langkahnya.

"Yang bener? Yaudah deh gue pinjemin dulu." Syukurlah, inilah gunanya punya sahabat.

Biasanya kalo Giselle lupa minta uang saku, gak perlu minta pun mama langsung ngasih. Tapi sekarang? Atau jangan-jangan mama udah gak punya uang? Mungkin kah keluarganya benar-benar akan jatuh miskin? Pikiran buruk menghantui Giselle lagi.

.

Jam sekolah telah usai, semua murid berhamburan keluar kelas. Begitu pula Giselle, ia berjalan lunglai menuju rumahnya. Entah mengapa hari ini ia sangat tidak bersemangat.

Giselle hampir sampai. Dari jarak sekitar 10 meter ia meliat sebuah mobil hitam terparkir di depan rumahnya. Beberapa saat kemudian keluar 2 orang pria brewokan berkacamata hitam keluar dari dalam rumahnya kemudian mereka masuk ke mobil dan pergi. Giselle tidak mengenal orang-orang itu. Tiba-tiba firasatnya menjadi buruk. Cepat-cepat Giselle berlari memasuki rumahnya.

Astaga. Seisi rumahnya bagai terserang gempa bumi dan angin topan. Semua barang berantakan, berbagai hiasan keramik tak berbentuk lagi berserakan di lantai, sofa telah terhiris-hiris dengan pisau. Giselle gemetar melihat keadaan rumahnya. Ah iya dimana mama dan papanya?

"Ma?! Pa?!" panggil Giselle sambil menelusuri rumahnya.

Tidak ada jawaban.

Giselle mulai panik, " Mama Papa?!" panggilnya lagi.

Di ruang tamu jelas tidak ada. Dicobanya mencari ke kamar, hasilnya sama tidak ada juga. Saat pergi ke dapur, syukurlah ada mama duduk di meja makan.

"Mama!!" Giselle menghambur memeluk mamanya. "Apa yang terjadi ma?"

Belum ada jawaban dari mama. Dirasakannya tubuh mama gemetar. Wajah mama pucat dan mama menangis sesegukan. Giselle mengambilkan segelas air untuk mamanya. Apa yang terjadi sebenarnya? Mungkinkah ini ada hubungan dengan perusahaan yang bangkrut itu?

"Ma, apa yang terjadi?" tanya Giselle lagi.

"Perusahaan papa bangkrut," jawab mama setelah agak tenang.

Ya sudah tertebak. Perusahaan bangkrut. Tapi kenapa rumahnya bisa jadi sampai diacak-acak begini.

"Lalu siapa 2 orang tadi? Kenapa mereka memporakporandakan rumah kita begini?" tanya Giselle menuntut penjelasan.

"Perusahaan bangkrut dan papa terlilit hutang. Lalu deepcolector itu datang menuntut bayaran, jika dalam 3 hari hutang itu tidak dibayar maka mereka akan mengambil rumah kita." terang mama.

"Memangnya sebesar apa hutangnya?"

"Sepuluh juta euro, mama sangat bingung bagaimana kita membayar uang sebanyak itu," lalu mama mulai terisak lagi.

Firasat Giselle seharian ini ternyata benar. Perekonomian keluarganya benar-benar terpuruk sekarang ini.

.

Esok harinya di sekolah Giselle mencerikan semua masalahnya pada Gresey sahabatnya.

Mereka duduk di kantin.

"Grey, dalam 2 hari ini gue harus bantu ortu gue buat nyari uang 10 juta."

"Lo ngarep aja pulang dari sekolah nanti tiba-tiba kesandung berlian."

"Kalo ngomong yang masuk akal dong!! Bukannya bantuin gue kek!!" Giselle menoyor kepala Gresey.

"Abis gue juga bingung Sel. Duit sebanyak itu dalam 2 hari mau dapat dari mana?"

Lalu Giselle menelengkupkan wajahnya di meja dengan putus asa.

"Eh pinjam hp lo dong," kata Giselle mengangkat wajahnya lagi seolah saat menelengkupkan wajah tadi tiba-tiba kayak dapat wangsit.

"Buat apa?" tanya Gresey lalu merogoh sakunya mencarikan hp-nya, "Nih." katanya menyodorkan hp-nya pada Giselle.

"Gue numpang browsing ya, paket internet gue abis."

"Ya elah."

Kemudian Giselle mulai mengotak-atik hp-nya Gresey. Entah apa yang ia browsing.

"Emang lo mau browsing apaan? Nanya gugel Cara Jitu Biar Cepet Kaya? Gitu?" seloroh Gresey sambil meminum jus jeruknya.

"Nah lu pinter. Siapa tau ada lowongan pekerjaan yang ngasih jaminan duit sebesar 10jt." kata Giselle masih sibuk browsing.

"Mana ada Sel, kalo lowongan jadi perampok bank sih bisa aja."

Giselle tidak menanggapi omongan Gresey. Kemudian secercah harapan muncul ketika Giselle menemukan sebuah iklan. Iklan yang menawarkan uang sebesar 10 juta.

"Ada Grey!!" kata Giselle dengan gembira, "bentar, gue baca dulu."

"Bacain biar gue denger," pinta Gresey.

Giselle mulai membacakan, "Dicari pria dan wanita untuk film XXX, persyaratan untuk wanita : usia 17-25 tahun, penampilan menarik, desahan memikat, p*y*d*r* padat berisi." Giselle langsung cengok dengan yang barusan dibacanya. Ini iklan apa? Iklan untuk nyari bintang film porno? Yang bener aja.

"Bbbfffhh..." Gresey nahan ketawa, "Bwahaha," tapi kelepasan juga.

"Lo mau jadi bintang film porno Sel?"

"Gila aja." Giselle bergidik ngeri.

"Sini dong gue baca," Gresey meminta hp-nya untuk memastikan yang barusan Giselle baca. Kemudian terkekeh, tetnyata benar yang tadi dibaca Giselle.

"Tapi apa gue ambil aja ya?" kata Giselle kemudian.

"Hah? Jangan kalap gitu deh Sel."

"Keluarga gue lagi butuh duit banget. Cuma itu satu-satunya iklan yang menawarkan uang yang gue butuhkan."

"Masa iya lo mau ngorbanin keperawanan demi melunasi utang-utang ortu lo? Yang seharusnya bertanggung jawab itu papa lo."

"Apa boleh buat. Ortu gue udah gak bisa ngapa-ngapain lagi, semuanya udah tergadaikan."

"Pikir lagi deh Sel. Emangnya lu bisa ngelakuin pekerjaan ini?"

Kemudian Giselle terdiam. Benar juga kata Gresey, memangnya ia bisa? Mesra-mesraan sama cowok aja gak pernah. Tapi masalah ekonomi keluarganya sangat kritis sekarang.

"Iya. Gue akan coba," kata Giselle memantapkan hatinya. Inilah satu-satunya jalan, ia tidak mau melihat mamanya menangis seperti kemarin, apalagi kalau rumahnya sampai disita bisa-bisa mama terkena serangan jantung.

To be continued...



------------------------------
reader : authornya ngibul nih! gak ada adegan dewasanya!!
me : yeeeee! sabar dongg ini masih permulaan adegan ini-itu nya entar chapter depan!! jadi tungguin aja...
reader : nunggu sampai kapan? taon depan?
me : bawel ah!

No comments:

Post a Comment